NUNUKAN – pantau24jam.net. Pengurus Badan Koordinasi Himpunan Mahasiswa Islam (BADKO HMI) Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara (Kaltim-Kaltara) periode 2021-2023, Sadly Jaya tidak menerima atas tindakan arogansi seorang oknum Satpol PP yang menginjak dan merusak bendera HMI saat melakukan pengamanan aksi demonstrasi.
Kejadian tersebut, saat ratusan mahasiswa menggelar demonstrasi di gedung Kantor Gubernur Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar), Kabupaten Mamuju. Selasa, 9/7/2024 sore WITA.
Sebagai kader, dirinya yang telah lama berproses di HMI, mengutuk dengan keras atas tindakan oknum Satpol PP yang dengan sengaja menginjak bendera HMI. Sikap oknum Satpol PP seperti preman yang menunjukkan kekuatan dan memperlakukan tidak menghargai bendera organisasi.
“Seperti penjahat, itu bendera sakral bagi kami, sebagai kader HMI itu adalah simbol kebesaran dari organisasi kami”, ujar Jaya sapaan. Selasa (9/7/2024).
Tindakan seperti itu tidak bisa dibiarkan karena akan mengganggu stabilitas daerah. Dirinya mengatakan, HMI bukan organisasi kemarin sore yang baru terbentuk dan memiliki kader yang tidak sedikit. Ungkapnya.
“Sebagai organisasi yang sudah berusia 77 tahun telah memberikan banyak kontribusi terhadap pembangunan bangsa dan negara. Banyak alumni HMI yang telah berkontribusi dan sumbangsi pemikiran dari para cendikiawan HMI”, jelasnya.
Tesebar di media sosial video Tribun-sulbar.com, terlihat salah seorang oknum Satpol PP Pemprov Sulbar melakukan pengrusakan bendera HMI dengan cara dipatahkan dan diinjak.
“Ini sangat menciderai organisasi kami dan Pendiri HMI, ayahanda Lafran Pane,” sambungnya.
Diketahui, Lafran Pane, pendiri HMI pada tahun 2019 dinobatkan sebagai pahlawan nasional oleh Presiden Joko Widodo.
Pria yang pernah menjadi Aktivis mahasiswa di Mamuju Sulbar, menyayangkan kejadian semacam itu. Kata Jaya, harusnya aparat bisa lebih humanis dalam melakukan pengamanan karena memiliki standar operasional prosedur (SOP) tidak dengan tindakan kekerasan.
“Harusnya pihak aparat terkhusus oknum bisa lebih bijak, bendera itu hanya simbol kenapa harus diinjak”, tandasnya.
Jaya yang menjabat sebagai Presiden Mahasiswa Unijaya Bontang Kaltim, meminta kepada PJ. Gubernur Sulawesi Barat dan Pimpinan Satpol PP untuk meminta maaf atas insiden tersebut. Dirinya, berharap oknum yang melakukan dapat di mutasi atau dipecat agar kejadian seperti itu tidak terjadi lagi.
“Saya meminta agar pengamanan dievalusi dan oknum tersebut harus di copot,” tegasnya.
Ia berharap kejadian semacam ini tidak terjadi di Kaltim khususnya di Kota Bontang maupun di Provinsi manapun.
“Aparat harusnya bisa bertindak lebih elegan karena mereka para pejabat digaji dari uang rakyat”, pungkasnya.
ADP