Tragedi Kapal Tampomas 2

Tragedi Kapal Tampomas 2

Tampomas II berangkat dari Pelabuhan Tanjung Priok pada hari Sabtu, 24 Januari 1981, pukul 07.00, dan diperkirakan tiba di Ujung Pandang pada hari Senin, 26 Januari 1981.

Bacaan Lainnya

Dalam Manifes menyebutkan kapal mengangkut 200 mobil, ratusan motor dan beberpa unit stoomwalls. Ada1.055 penumpang terdaftar, dan 82 awak kapal.

Tanggal 25 Januari, dekat Kepulauan Masalembu di Laut Jawa ditengah badai, beberapa bagian mesin mengalami kebocoran bahan bakar, dan puntung rokok yang keluar dari ventilasi menyulut kebocoran bahan bakar tersebut sehingga menimbulkan kebakaran.

Awak kapal mencoba memadamkannya menggunakan alat pemadam portible, tetapi gagal. Api cepat membesar di kompartemen mesin. karena pintu dek terbuka api menyambar Bahan bakar di tangki-tangki kendaraan penumpang, menyebabkan api cepat menyebar membakar seluruh dek bawah.

Tiga puluh menit setelah kebakaran terjadi, para penumpang dievakuasi ke dek atas, sementara bodi kapal yang terbuat dari logam berubah jadi panas bak setrika. Para penumpang berebut bantalan kayu buat alas berpijak.

Dalam susana panik penumpang diarahkan menaiki sekoci penyelamat. Namun, proses evakuasi berjalan lambat karena hanya ada satu pintu menuju dek atas.

Begitu mereka sampai di dek atas, tak satu pun awak kapal maupun petugas kapal mengarahkan mereka ke sekoci penyelamat. Beberapa awak kapal malah menurunkan sekoci untuk menyelamatkan diri sendiri.

Hanya ada enam sekoci penyelamat, masing-masing berkapasitas hanya 50 orang. Beberapa penumpang nekat terjun ke laut, sementara yang lain berusaha menunggu pertolongan.

Api menjalar ke bagian dapur kapal dimana terdapat tabung-tabung gas LPG mengakibatkan ledakan hebat, air laut masuk kompartemen mengakibatkan kapal miring 45° terjadi longsoran penumpang dan berjatuhan ke laut.

Beberapa kapal yang melintas berusaha melakukan pertolongan, Kapal pertama yang melakukan misi penyelamatan adalah KM Sangihe, KM Ilmamui, kapal tanker Istana VI dan kapal-kapal lainnya, termasuk Adhiguna Karunia dan KM Sengata milik PT. Porodisa Line.

Tingginya gelombang membuat kapal-kapal itu sulit untuk merapat karena beresiko terjadi tabrakan pertolongan dilakukan dengan membentangkan tali.

Akhirnya, pada pukul 12.45 tanggal 27 Januari (sekitar 30 jam setelah percikan pertama), ditengah gelombang dan guyuran hujan deras kapal tenggelam ke dasar Laut Jawa, bersama dengan 288 orang yang masih menempati dek bawah dan Kapten kapal, Abdul Rivai yang dengan heroik terus membantu mengevakuasi penumpang hingga detik-detik terakhir.

Laporan awal jumlah korban menyebutkan bahwa 757 orang telah diselamatkan dan 439 orang tewas (143 jenazah ditemukan termasuk jenazah sang Kapten Abdul Rivai dan 294 hilang), sehingga totalnya menjadi 1196 orang, melebihi 1137 orang yang tercatat secara resmi di dalam kapal.

Namun, jumlah korban jiwa kemungkinan besar lebih tinggi (diperkirakan 666 orang), karena penjualan tiket ilegal dan penumpang gelap.

Kapal ini dibeli oleh PT. PANN (Pengembangan Armada Niaga Nasional ) dari Comodo Marine Co. SA, Jepang seharga US$8,3 juta, kemudian dibeli kembali oleh Pelni dari PT. PANN dengan kontrak sewa selama sepuluh tahun.

Banyak yang terheran-heran dengan harga kapal ini yang mahal, karena ditawarkan kepada perusahaan pelayaran swasta lain hanya seharga US$3,6 juta.

Berbagai pihak, termasuk Jepang, menyatakan kapal ini sudah tidak laik laut lagi karena usianya sudah 10 tahun saat pembelian. Setelah dioperasikan, kapal ini langsung ditugaskan melayani rute Jakarta – Padang dan Jakarta – Ujung Pandang yang merupakan rute tersibuk saat itu.

Iwan Flas mengabadikanya dalam sebuah lagu “Celoteh camar tolol dan cemar”. Tampomas sebuah kapal bekas dibeli lewat jalur culas!

Pos terkait