KELONG PENDIDKAN RELIGIUS (14)
Oleh: Bahaking Rama.
Menurut Lopez dan Snyder “optimisme adalah suatu harapan yang ada pada individu bahwa segala sesuatu akan berjalan menuju kearah kebaikan.”
Setiap individu pastilah memiliki cita-cita dan harapan, meskipun harapan itu tidak selamanya menjadi kenyataan. Seorang pemuda sederhana, hidup dalam keadaan ekonomi lemah, tetapi selalu optimis.
Ia bergaul seorang gadis kaya dan melamarnya, meskipun ia duga lamarannya akan ditolak. Dalam kaitan ini, dapat disimak Kelong berikut.
NIA’MEMANG RIATINGKU,
PAPPALAKKU TANNI TANGGA,
LANRITUNAKU,
TALLASA’ KAMASE-MASE
Arti bebasnya: Telah kuduga dalam hati, lamaranku takkan diterima (ditolak), karena diriku sangat sederhana, dan hidup dalam keadaan miskin.
Hidup dalam kemiskinan, tidaklah menjadi halangan untuk melakukan sesuatu menuju perubahan dan kebaikan. Prinsip hidup optimis pemuda di atas ditunjukkan dalam kalimat “Sulit tetapi bisa” bukan “bisa tetapi sulit.” Kalimat “sulit tetapi bisa” menunjukkan sikap optimis.
Artinya, meskipun sesuatu itu sulit, tetapi dengan semangat dan optimis yang kuat, maka apa yang sulit itu, ia bisa lakukan dan dapat membawa hasil. Sedangkan kalimat “bisa tetapi sulit” menunjukkan sikap pesimis.
Artinya, meskipun sesuatu itu bisa dilakukan tetapi ia pesimis, selalu membayangkan adanya kesulitan. Menuju keadaan lebih baik, perlu perubahan.
Setiap perubahan memerlukan kerja keras (RESO) apapun tantangan yang dihadapi. Islam melarang seseorang bersikap lemah dan pesimis.
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan jangan (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) jika kamu orang-orang yang beriman” (QS. Ali Imran,3:139)
Sikap optimis bisa merubah keadaan seseorang. “…sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri…” (QS. Ar.Ra’d,13:11)
Wahai para pemuda, optimislah menghadapi hidup ini.
Pao-pao Gowa, Ahad, 14 Ramadan 1445 H / 24 Maret 2024 M.