KELONG PENDIDIKAN RELIGIUS (23)
Oleh: Bahaking Rama
Muhasabah diri bermakna meneliti atau memperhatikan apa saja yang telah diperbuat. Kalau perbuatan masa lalu benar, maka perlu diteruskan.
Bahkan ditingkatkan, kualitas maupun kuantitasnya. Sebaliknya, perbuatan yang salah, perlu ditinggalkan. Jangan biarkan diri ini bergeliman dosa tanpa disadari.
Setiap saat Perlu diperhatikan, apakah yang diperbuat itu benar atau salah, supaya tidak timbul penyesalan.
Muhasabah diri akan berdampak pada kehidupan semakin baik dan berkualitas.
“Barang siapa yang hari ini lebih baik dari hari kemarin, ia tergolong beruntung, siapa yang hari ini sama dengan hari kemarin, ia tergolong orang yang merugi, dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari hari kemarin, ia tergolong orang yang celaka” (HR. Al-Hakim)
Bisa dipahami, bahwa kata “lebih baik” pada hadis Nabi, bermakna “lebih baik ibadahnya dan amal (perbuatannya)” Pada hadis lain dikatakan “Khairunnas Anfa’uhum Linnas“
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat untuk orang lain (HR. Ath-Thabari) Setiap perbuatan, perlu diperhatikan apakah bermanfaat atau tidak.
Dapat disimak kelong berikut.
KIPIJAPPUI KALENTA,
RIOLOANG TALLASATTA,
MATEKI SALLANG,
NANI SASSALA’ KALENTA.
Arti Bebasnya: Hendaklah memperhatikan (menghitung) diri masing-masing dari apa yang telah diperbuat selama hidupnya, kalau tidak, maka nanti setelah mati, akan timbul penyesalan.
Hendaklah menghisab (introspeksi) diri sebelum dihisab oleh Allah.
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha teliti terhadap apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hashr, 59: 18)
Muhasabah diri sangat penting sebagai pengendali dalam kehidupan. Bagaikan rem, menghentikan perbuatan yang salah. Sudahkah kita muhasabah diri ? Perlu dibangun kesadan. Semoga.
Pao-Pao Gowa, Selasa, 23 Ramadan 1445 H / 2 April 2024 M.