Oleh : Salamuddin Daeng
Kalau ingat formula E, tentu gampang memahami bahwa transisi energi itu memang mahal. Bayangkan saja untuk menyelenggarakan balapan semacam itu saja, DKI Jakarta harus berhutang fee 2,4 triliun rupiah ke Inggris. Ini buat fee balapan doang. Belum buat yang lain. Itupun masih utang. Belum tau apakah sekarang sudah lunas atau belum.
Coba dibayangkan jika seluruh Indonesia, seluruh 38 provinsi mengikuti langkah ini maka hurus merogoh kantong senilai 90-100 triliun rupiah untuk bayar fee. Itu belum termasuk untuk bangun infrastruktur, untuk sosialisasi, dan lain sebagainya. Dana yang diperlukan besar sekali. Sementara tidak semua daerah punya sirkuit dadakan Ancol sebagaimana formula e dki Jakarta.
Transisi energi memang investasi penuh resiko, untungnya belum tentu ada, namun biayanya sudah pasti besar. Seperti formula E yang sudah mengeluarkan dana besar, namun penerimaan yang diperoleh dari kegiatan ini boleh dibilang tidak berarti. Ada konon katanya manfaat, hitungan angin, multiflier effect, yang katanya triliunan. Tapi itu manfaat katanya, uang katanya mengalir ke kantong rakyat akibat manfaat formula E tersebut, namun tidak jelas siapa siapa rakyat yang menikmatinya itu.
Faktor lain transisi energi belum didukung oleh sektor keuangan dan perbankkan, sehingga sulit dijalankan pada bunga yang mahal. Untungnya formula E DKI Jakarta bisa mencolek uang dari Bank DKI. Menyelenggarakan balapan dengan uang bank. Ini langkah bisa diikuti oleh semua pemda. Bagaimana memgeluarkan dana bank untuk kegiatan balapan. Kalau belum bisa balapan formula E, ya bisa balapan kerbau, ayam, atau balapan sepeda, kan sama sama balapan ramah lingkungan.
Namun sebaiknya Bank Indonesia atau OJK harus membuat aturan dulu bahwa uang bank BUMD atau bank daerah boleh dipinjam untuk kegiatan balapan apapun termasuk balapan kerbau. Jangan dipersulit dengan aturan kelayakan pinjaman. Los kan saja. Yang penting gubernurnya senang.
Jadi greenflation adalah perkara krusial terkait isue transisi energi bisa terjadi karena lingkungan keuangan, industri, SDM, pasar yang belum mendukung. Berbeda jika transisi energi bisa 100 persen local content, atau misalnya dalam kasus balapan itu balapan kerbau, maka greenflation tidak perlu terjadi atau bisa diminimalisir.