Menkeu Purbaya : “Kalau pernyataan saya mengguncang, itu sudah diperhitungkan dan guncangannya akan positif…”

 

JAKARTA – pantau24jam.net. Belum genap sebulan duduk di kursi Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa sudah menebar kejutan.

Bacaan Lainnya

Empat hari setelah resmi dilantik Presiden Prabowo Subianto, mantan Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) itu langsung mengambil langkah berani: menggelontorkan Rp 200 triliun dana pemerintah ke bank-bank Himbara (Himpunan Bank Milik Negara).

Kebijakan ini sontak menuai perhatian publik, pelaku pasar, dan kalangan perbankan. Sebagian menilai langkah tersebut terlalu cepat dan berisiko, sementara pihak lain memuji keberanian Purbaya yang ingin memberi sinyal kepercayaan terhadap stabilitas perbankan nasional.

Namun, dengan gaya bicara khasnya yang lugas, taktis, dan ceplas-ceplos, Purbaya menganggap wajar bila kebijakannya menimbulkan guncangan.

“Kalau mengguncang, ya memang saya mengguncang yang positif. Kalau pernyataan saya bikin pasar terkejut, itu artinya saya sudah memperhitungkan dampaknya. Tidak sembarangan,” ujar Purbaya, doktor ekonomi lulusan Purdue University, Amerika Serikat, dalam perbincangan eksklusif dengan Rakyat Merdeka.

Dana Rp 200 T, Untuk Apa?
Purbaya menjelaskan, injeksi dana jumbo tersebut bertujuan memperkuat likuiditas bank Himbara agar bisa lebih agresif menyalurkan kredit produktif, terutama untuk sektor UMKM, pangan, dan infrastruktur strategis.

Menurutnya, langkah ini juga merupakan pesan ke pasar bahwa pemerintah tidak ragu melakukan intervensi bila menyangkut kepentingan rakyat dan pertumbuhan ekonomi.

“Kita ingin bank-bank BUMN menjadi motor penggerak pembiayaan. Dana Rp 200 triliun itu bukan sekadar angka, tapi amunisi untuk menggerakkan sektor riil. Kalau bank kuat, ekonomi rakyat bergerak, lapangan kerja terbuka,” jelasnya.

Gaya Komunikasi yang Jadi Sorotan
Sebagian kalangan menilai gaya bicara Purbaya bisa menimbulkan persepsi negatif di pasar. Ia dikenal blak-blakan, bahkan terkadang keluar dari pakem bahasa teknokrat yang kaku.

Tapi Purbaya menampiknya. Menurutnya, komunikasi publik adalah bagian dari strategi kebijakan.

“Kalau saya bicara normatif, siapa yang dengar? Justru karena saya bicara apa adanya, orang jadi memperhatikan. Tapi semua yang saya ucapkan punya dasar. Kalau ada guncangan, itu guncangan yang terukur dan mengarah ke arah positif,” tegasnya.

Dari LPS ke Menkeu
Purbaya bukan nama asing di lingkar ekonomi nasional. Sebelum menjabat Menkeu, ia memimpin LPS dan dikenal sebagai ekonom yang vokal. Ia juga sempat menjadi Deputi Kepala Bappenas.

Dengan latar belakang akademis kuat dan pengalaman di birokrasi, Purbaya menyebut dirinya terbiasa menghadapi tekanan dan kritik.

“Saya tidak takut dikritik. Kritik itu vitamin. Yang penting, setiap keputusan ada analisis dan niat untuk kebaikan rakyat,” ujarnya tenang.

Pasar Menanti Manuver Lanjutan
Kebijakan awal Purbaya ini dinilai menjadi sinyal bahwa pemerintah era Prabowo akan mengambil langkah-langkah berani di sektor keuangan.

Pasar kini menunggu gebrakan berikutnya, termasuk strategi Menkeu mengelola defisit APBN, pembiayaan utang, dan skema pembiayaan pembangunan besar-besaran yang dijanjikan Presiden.

Bagi Purbaya, langkah ini baru permulaan.

“Ekonomi itu soal kepercayaan. Kalau pemerintah yakin dan berani, pasar akan ikut percaya. Kita sedang membangun pondasi besar, dan ini harus dimulai dengan langkah yang tegas,” pungkasnya.

(*)

Pos terkait