KELONG PENDIDIKAN RELIGIUS (15)
Oleh: Bahaking Rama.
Seringkali seseorang merasa takjub dan kagum pada orang yang memiliki banyak harta (kaya) Sebaliknya, orang miskin harta, sering kali terabaikan dan tidak dihargai.
Orang miskin janganlah dipandang enteng dan dianggap remeh. Banyak orang miskin harta tetapi kaya budi pekerti. Ia merasa bahagia dalam hidupnya.
Sebaliknya, banyak orang kaya harta tetapi miskin hati. Ia miskin akan kebaikan dan miskin amal sedekah, infak. Kekayaan tidak selamanya mengantarkan hidup bahagia pemiliknya.
Artinya, kekayaan belum tentu membawa kebahagiaan.
Banyak terjadi, orang kaya-raya menderita hidupnya. Di rumah mewah Ia sering bertengkat suami-isteri. Anaknya tidak membahagiakan karena nakal dan pecandu narkoba.
Itulah pentingnya hidup saling menghargai, saling membantu, tanpa meremehkan dan mengabaikan orang-orang miskin. Hal ini sebagai pesan dalam Kelong berikut.
INAKKE ANAK KAMASE,
ANAK TUNA KASIASI,
BIJA MAJAI
TAMANGNGITUNG RIKALENGKU.
Arti bebasnya: Sayalah anak yang hidup dalam keadaan merana, anak yang miskin papa, sehingga semua keluarga, mengabaikan dan tidak memperhitungkan diriku.”
Di dalam kehidupan ini seringkali terjadi kesenjangan social di dalam rumpun keluarga.
Bagi keluarga yang berpunya (kaya) mengabaikan dan tidak memperhitungkan keluarganya yang miskin. Ia bangga karena merasa cukup dengan hartanya.
“Ketahuilah, Sesungguhnya manusia itu benar-benar melampaui batas, karena dia melihat dirinya serba cukup (QS. Al-Alaq, 96: 6-7)
Dari sikap orang kaya mengabaikan keluarganya yang miskin, menjadikan simiskin merasa tidak diperhitungkan dan tidak diperhatikan hidupnya.
(Bija majai tamangngitung rikalengku)
Makna Kelong: Wahai orang berpunya, hargai dan perhatikanlah keluargamu yang miskin, karena kekayaan pastilah tidak abadi.
Pao-Pao Gowa, Senin, 15 Ramadan 1445 H / 25 Maret 2024 M.