JENEPONTO – pantau24jam.net. Meski ditengah kebijakan efisensi anggaran, sektor pariwisata di Kabupaten Jeneponto dapat tetap berkembang dan memberikan dampak ekonomi yang signifikan bagi masyarakat.
Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang Promosi Dinas Pariwisata Kabupaten Jeneponto Provinsi Sulawesi Selatan, Syuaib Sila, SE kepada media ini, Sabtu, 29/3/2025.
Ia menyebut salah satu strategi pemerintah untuk menyiasati dampak negatif efisiensi adalah dengan menggencarkan promosi wisata, terutama di lima destinasi super prioritas seperti yang tercantum pada RPJMN yang disusun Bappenas.
Menurutnya, dengan promosi wisata yang gencar, hal itu akan membantu mendongkrak kunjungan wisata.
Dikatakan, kunci utama agar pariwisata Jeneponto tetap bangkit yaitu inovasi dan kolaborasi dengan berbagai pihak, serta pengelolaan sumber daya alam yang dilakukan secara efisien.
Ia menjabarkan lima langkah konkrit yang dilakukan Dinas Pariwisata Jeneponto sebagaimana arahan Menteri Pariwisata ditengah kebijakan efisiensi anggaran yakni pertama, promosi wisata Jeneponto melalui digitalisasi dengan memafaatkan platform media sosial, seperti Facebook, Instagram, Twitter, hingga YouTube.
Kedua; melakukan strategi pemberdayaan masyarakat dan UMKM dengan melibatkan masyarakat lokal dalam pengelolaan pariwisata melalui desa wisata, homestay, car free day, arum jeram, kuliner khas, serta kerajinan tangan sehingga pertumbuhan pariwisata bisa berjalan secara mandiri dan berkelanjutan tanpa terlalu bergantung pada anggaran pemerintah.
Ketiga; mengoptimalkan kerjasama dengan swasta, investor, perguruan tinggi dan ormas.
“Efisiensi anggaran bukan berarti pariwisata berhenti berkembang pemerintah bisa menggandeng investor sektor swasta dan BUMN untuk mengembangkan infrastruktur melalui skema CSR dari swasta maupun BUMN termasuk kampus perguruan tinggi, serta organisasi masyarakat (ormas)”, ujarnya.
Keempat; dilakukan strategi penguatan wisata berbasis alam dan budaya. Dimana Jeneponto memiliki keunggulan pariwisata bahari, pegunungan alam dan budaya, sehingga dengan pengelolaan yang berbasis ekowisata berkelanjutan dapat mengurangi biaya operasional yang besar.
“Wisata berbasis alam lebih minim infrastruktur dibanding dengan wisata buatan dan ini sangat cocok dengan adanya efisiensi anggaran,” jelasnya.
Strategi kelima yakni mengoptimalkan event dan festival lokal, festival budaya seperti kuliner dan wisata bahari dan menjadi daya tarik tanpa mengeluarkan anggaran besar, bahkan bisa dikelola dengan sponsorship dan partisipasi komunitas lokal.
“Jadi, ada banyak hal yang bisa kita lakukan, sambil tidak harus menunggu adanya masalah,” katanya
Karpas