by M Rizal Fadillah
Adakah “temuan” kader senior PDIP Beathor Suryadi itu “blessing in disguised” yang dapat menyelesaikan atau memastikan dugaan ijazah palsu UGM Joko Widodo ? Ini harus menjadi batu ujian bersama. Nampaknya perburuan ijazah mantan Presiden yang selalu bikin gaduh ini telah memasuki babak baru. Yakni babak belurnya berbagai instansi yang mencoba menutupi kejahatan serius masalah bangsa Indonesia ini.
Universitas Pasar Pramuka (UPP) menjadi sebutan populer. Menjadi pabrik ijazah palsu yang telah sukses mengantarkan banyak alumninya menduduki berbagai instansi atau jabatan. Sangat diminati dan laris manis menjelang Pemilu. Pasar ini buka pagi tutup malam sambil terus menerus mentertawakan kampus-kampus asli yang sedang berjuang meningkatkan reputasinya.
Pernah terjadi penangkapan dan ketika perlu pemusnahan data maka terbakarlah ia. Jika ada yang mempermalahkan jawablah : “tanya saja pada api”. Seperti kediaman Jokowi setelah tidak menjadi Presiden, tempat ini dapat menjadi destinasi wisata baru untuk model kepalsuan yang legal. Bila perlu segera dibuat monumen atau patung Raja Pembohong “King Liar” disana.
UPP secara khusus menyentak ketika diduga menjadi tempat pembuatan ijazah UGM palsu Joko Widodo. Ini skandal besar mengingat berbelitnya upaya untuk membongkar dugaan ijazah palsu Joko Widodo selama ini. Setelah dilempar Beathor maka suasana hangat yang dicoba untuk didinginkan justru semakin panas. Hawa ter(di)bakarnya Desember 2024 itu masih sangat terasa.
Menurut Beathor Suryadi sejumlah nama dengan keterlibatan berbeda terkait dengan “Pramuka Gate” ini. Ada Andi Widjojanto (PDIP), Prasetyo Edy Marsudi (PDIP), Widodo (Solo), Anggit (Solo), Indra (PDIP), Syarif (Gerindra), Dany Iskandar (PDIP), David (Solo), dan Juri Andrianto (KPU). Semua bisa menjadi pintu masuk untuk mulai pengusutan. Jokowi sendiri terekam berkomunikasi dalam momen-momen tersebut.
Hingga kini belum ada bantahan dari pihak-pihak termasuk Joko Widodo, UGM, Bareskrim, Polda maupun person yang disebut namanya. Sementara Beathor terus bergerak dengan penuh keyakinan. Membersamai para pemburu ijazah lain yang terus berjibaku berjuang menegakkan kebenaran, kejujuran, dan keadilan. Membangunkan rakyat yang masih tertidur dan dunia yang diajak untuk
ikut membantu.
Konspirasi menutupi kepalsuan luar biasa apik dan sistematik. Penghancuran etik diarahkan pada pembungkaman kritik. Tidak ada penghargaan pada pendekatan saintifik. Yang terjadi adalah dalih yang terbalik-balik. Akademisi dan aktivis yang berniat baik justru dianggap membuat situasi menjadi berisik. Nilai dan institusi budaya, sosial, agama dan hukum tunduk kepada kekuasaan politik. Tidak identik mampu disulap menjadi otentik.
Ayo fokus pada “Pramuka Gate” karena di tengah puing-puing itu ada bercak tinta, ada kertas karbon, ada arang kayu dan angka atau huruf-huruf yang dapat mengantarkan kita pada bukti-bukti kebenaran materil atas kepalsuan ijazah dan perilaku.
Joko Widodo sedang sakit, moga cepat sembuh. Namun bangsa ini telah dibuat sakit oleh orang yang jumawa ketika sehat. Sakit itu dapat menjadi penghapus dosa, peringatatan agar bertobat, atau sebagai azab. Ketika sakit, apalagi berat, maka tidak ada rasa dari kekayaan, pengaruh, jabatan atau kekuasaan. Semua sirna dan sia-sia, apalagi jika sampai mati.
Dan kematian itu pengingat akan makna kehidupan.
Ayo fokus pada “Pramuka Gate”. Skandal Pramuka mungkin menjadi pembuka gerbang bagi upaya untuk membongkar kejahatan. Kejahatan Joko Widodo, keluarga, dan para hamba sahayanya.
*) Pemerhati Politik dan Kebangsaan
Bandung, 23 Juni 2025