PEKALONGAN – pantau24jam.net. Sebanyak 20 orang meninggal dunia dan 14 orang lainnya mengalami luka di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, setelah banjir bandang dan tanah longsor menerjang wilayah Jawa Tengah itu, Senin (20/1).
Sementara delapan korban masih tertimbun tanah longsor dan dalam upaya pencarian. Bencana banjir dan longsor itu terjadi karena hujan yang turun terus menerus dengan intensitas tinggi di Petungkriyono.
Kejadian itu juga memicu banjir bandang di daerah bawahnya, seperti di daerah Talun, Kajen, dan beberapa kecamatan di bawahnya.
Merujuk data dari pemerintah Kabupaten Pekalongan, hingga berita ini ditayangkan, 20 jenazah telah ditemukan tim SAR.
Status tanggap darurat bencana di kawasan ini telah ditetapkan untuk 14 hari ke depan.
”Terhitung sejak 21 Januari hingga 4 Februari 2025, Pemkab Pekalongan menetapkan status darurat bencana. Dan kami telah menyiapkan posko di 4 kecamatan terdampak longsor yaitu Petungkriyono, Lebakbarang, Paninggaran, dan Kandangserang”, ujar Bupati Pekalongan, Fadia Arafiq.
Suryati, salah satu korban selamat banjir bandang dan lahar dingin Sumbar yang ditemui di lokasi pengungsian.
Pengungsi banjir Sumbar terancam tiga gelombang penyakit, mulai dari penyakit menular hingga stres pascatrauma – ‘Jika ada hujan saya sangat takut’
Fadia menambahkan posko juga disiapkan di Kecamatan Kedungwuni, Doro, Wonopringgo, Wonokerto, Siwalan, Wiradesa dan Tirto.
”Total ada 11 kecamatan dari hulu hingga hilir yang terdampak longsor dan banjir bandang. Dan pemkab sudah menetapkan darurat bencana, kami siapkan posko di masing-masing kecamatan,” jelasnya.
Camat Petungkriyono, Hadi Surono, mengatakan bencana longsor menghajar setidaknya tiga rumah warga, satu kafe dan pemancingan.
“Kejadian longsor kurang lebih jam 18:00 WIB Senin kemarin, awalnya hujan deras sekitar 2,5 jam,” ungkapnya kepada wartawan. Rabu, 22/1/2025..
Korban-korban yang ditemukan termasuk mereka yang sedang memancing hingga para tamu kafe.
“Orang yang terjebak disitu, ada orang lewat berteduh di rumah salah satu perangkat desa maupun yang lagi acara di kafe dan di pemancingan tertimbun longsor,” kata Hadi.
Pejabat itu mengaku kesulitan mendata korban dalam kejadian longsor ini, karena kejadian tidak menimpa warga setempat saja.
“Kalau di jalan kita nggak bisa ngitung, laporan orang hilang itu ada delapan. Kita nggak tau yang tertimbun berapa, karena bukan rumah yang bisa kita data per KK [kartu keluarga”, tuturnya.
Terpisah, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah melaporkan upaya pencarian korban mengalami kendala akibat tertutupnya akses menuju lokasi terdampak tepatnya Desa Yosorejo.
“Tim yang lain masih proses pencarian”, katanya ketika dihubungi pada Rabu (22/1).
Di lapangan, Agus Yusuf, anggota tim SAR Bumi Santri Pekalongan, mengatakan kabar pertama longsor terjadi bersamaan dengan banjir bandang di Kedungwuni dan Wonopringgo.
Kapolres Pekalongan AKBP Doni Widamanto dalam keterangan resminya menyebut terdapat beberapa titik lokasi di wilayah Petungkriyono terkena bencana longsor.
“Untuk akses yang ditempuh harus memutar melalui Banjarnegara karena sebuah jembatan terputus. Hal ini menyebabkan petugas membutuhkan waktu yang lama untuk bisa ke lokasi kejadian,” ucap Doni.
Dilansir Kompas.com, Kepala Pelaksana BPBD Jawa Tengah Bergas Catursasi mengatakan pihaknya masih terus melakukan pencarian dengan Basarnas dan relawan setempat.
Curah hujan yang deras turut menghambat proses evakuasi.
Bergas mengakui kondisi ini meningkatkan risiko bencana susulan, sehingga langkah-langkah pencarian dilakukan dengan sangat hati-hati.
Selain longsor, banjir bandang juga menerjang wilayah tersebut pasca hujan deras yang mengguyur. Kerugian akibat banjir bandang masih dalam pendataan hingga saat ini.
(*)






